“Jangan mengatakan janji yang tak bisa kautepati, Chris.” katamu. Kamu pamit ke kamarmu. Kamu mengunci kamarmu dan menangis.
“Ya Tuhan, kenapa semuanya harus seperti inniii...???” tanyamu dalam tangis.Tok tok tok. Ada yang mengetuk pintu. “Si.., siaaapaaaa..?” tanyamu.“Aku!” terdengar sahutan seseorang, suara Christian!Kamu langsung mengelap air matamu. Kamu membukakan pintu.
Tampak Chris berdiri sambil tersenyum memakerkan barisan giginya yang tertutupi behel warna-warni.
“Ada perlu apa, Chris?” tanyamu pelan.
“Hmm.., aku.., aku juga bingung mau ngapain kesini.” ujar Chris.
“Kalau gaada perlu penting, maaf kamu bisa kan tinggalin aku sendiri? Aku butuh ketenangan.”
Chris kaget, “Kenapa? Ada masalah?”Kamu ngegeleng,
“I’m fine.”“You lie to me, right?” tanya Chris. “Tell me why!”
“I’m fine, Chris.”
Chris memegang bahumu dan mengguncangnya pelan, “Aku tau kamu bohong, *namamu. Kamu kenapa?”Kamu mencoba tersnyum, “Aku baik-baik aja.”
Chris menatap tajam kedua bola matamu yang merah dan sembab,
“Kamu habis menangis ya?” tebaknya. Kamu menggeleng, “Enggak ko.”“Jangan bohong! Matamu berair dan butir-butir air mata masih keluar dari kedua matamu!” ujar Chris.“Hah? Yang bener?” tanyamu panik.“Kamu gausah bohong, percayalah padaku. Kamu kenapa?” tanyanya pelan.Kamu gasanggup buat nutup-nutupin lagi. Kamu menangis dan memeluk Christian, “Ak.., akkuu mau pullaaanngg....,”Ternyata, Jazzy ngeliat kamu dan Chris pelukan sambil nangis. Kebetulan Jazzy abis dari kulkas mengambil es krim. Jazzy nampak tak peduli dan kembali ke kamarnya.
“Jazzy,” ujar Justin. “Kamu liat Chris ga? Tadi kata Caitlin dia datang kesini, aku mau mengajaknya bermain basket.” tanya Justin sambil memeluk bola basket.
“Ohh, Christian? Aku liat ko, dia emang disini.” ujar Jazzy smbil menjilat es krimnya.
“Oh ya? Dimana dia sekarang?”
“Dia lagi di depan pintu kamar *namamu.” ujar Jazzy.
“Hah??!!” tanya Justin kaget. “Ngapain?”
“Gatau tuh,” ujar Jazzy cuek. “Yang pasti tadi mereka peluk-pelukan dan *namamu tadi lagi nangis sambil dipeluk Chris.”Justin langsung melemparkan bola basketnya.
***
Chris membiarkan kamu menangis di bahunya. “Kenapa kamu mau pulang?”“A.., akuu.., akuu ngerasa sakiiitt disiniii...,” lirihmu.Chris membelai rambutmu, “Kenapa kamu ngerasa sakit? Siapa yang nyakitin kamu?”Kamu tetap menangis di bahu Chris. Chris melepaskan pelukannya. Dia menatapmu dan menghapus air matamu dengan matanya, “Sssstt.., jangan menangis lagi. Please, stop crying.”Kamu mencoba berhenti menangis. “Kamu harus tetap disini. Kalau kamu tak mau memberitahuku siapa orang yang menyakitimu, tak apa.”Kamu menatap Chris, “Maafin aku Chris, aku gabisa cerita.”Chris trsnyum, “It’s ok. Tapi aku mau kamu percaya satu hal,” ujar Chris.“Apa?” tanyamu.“Biarpun ada orang yang menyakitimu, akan tetap ada banyak orang disampingmu dan mereka semua menyayangimu, termasuk aku...,” kata Chris pelan.Kamu menatap Chris, “Thanks Chris, Thanks for all.”Chris mengangguk, “anything for you.” katanya sambil memelukmu.“Ehheeemmm....,” seseorang berdehem-dehem.Kamu menoleh. Tampak Justin berdiri di samping kulkas sambil menatap kamu dan Chris yang tengah berpelukan. Kamu segera melepaskan pelukan Chris dan menunduk.“Sudah pelukannya?” sindir Justin. “Uuppss.., maaf kalau aku mengganggu waktu romantis kalian. Aku hanya mau mengingatkan, kalau aku dan Chris sudah punya janji untuk main basket bersama. Ingat itu, Chris?” tanya Justin pada Chris.“I.., iyyaaa, ak.., akkuu ingat ko.” kata Chris gugup.“So,” ujar Justin. “Let’s go, kita latihan sekarang. Aku tak mau kita banyak membuang waktu.”Kamu menatap Justin tajam. Tapi Justin malah terlihat cuek dan tak peduli padamu.“Maafkan aku *namamu, aku harus pergi.” ujar Chris.Kamu mengangguk, “Ya, gapapa.”“Aku janji, sehabis latihan basket aku akan kesini lagi.”
Chris tersenyum dan memegang tanganmu, “Aku pergi dulu yaa, jangan nangis lagi.”“Ayolah Christiaaannn, lama sekali sih!” omel Justin.“Iyaaaa.., iyaaa.., baweeelll...!!!” ujar Chris kesel. “Aku pergi ya.” kata Chris padamu.Kamu mengangguk, “Iya, hati-hati yaa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar