Kamu duduk di bangku kayu di bawah pohon Ek yang rindang bersama Jazzy. “Kamu duduk disitu yaa, aku mau main basket dulu sama Justin.” ujar Chris.“Iya, aku disini ko sma Jazzy.” katamu“Kamu mau kan megangin tasku?” pinta Chris.Kamu mengangguk. Chris menyerahkan tas gendong berbahan kulit miliknya. Chris berlari menghampiri Justin yang udh di lapangan memeluk bola basket.Keduanya main basket. Keduanya sama-sama jago, walaupun sebenarnya terlihat jelas Justin lebih menguasi permainan. Beberapa kali Justin berhasil memasukkan bola basket ke ring, sedangkan Chris sama sekali belum memasukkan bola ke ring. Keduanya terlihat berkeringat dan kecapean, tapi terpancar semangat di wajah kedua cowo cute itu.“Ayyoo Chriiisss.., kamu pasti bissaaa...!!!” teriakmu memberi semangat. Chris berbinar. Entah kebetulan atau tidak, setelah kamu beri semangat permainan basket Chris jadi lebih baik. Terlihat Chris berhasil merebut bola. Ketika dia bersiap meloncat, bermaksud mau memasukkan bola basket ke ring, tiba-tiba...,
“Aaaaaaa....!!!!” jerit Chris. Bola di tangannya terjatuh dan Chris pun terkapar di lapangan.“Chhrriiissss....!!!!” jeritmu. Kamu langsung lari ke lapangan.“Chrriisss....!!!!!” teriak Justin. “What’s up?”Chris memegang mata kakinya, “Entahlah, sakit sekali.”Justin membantu Chris bangkit. Justin memapah Chris ke bangku kayu di bawah pohon Ek yang diduduki oleh Jazzy. “Ada apa?” tanya Jazzy bingung.“Tiba-tiba ketika Chris akan memasukkan bola ke ring, dia berteriak kesakitan dan jatuh. Entah kenapa,” ujar Justin. “Memangnya kamu kenapa sih?”“Aku tak tahu, liat saja mata kakiku, sakit sekali...,” rintih Chris.Justin membuka kaos kaki Chris dan dilihatnya mata kaki Chris membiru, “Aduh.., kayanya ini sih terkilir.”
“Yasudah, gausah dipaksakan. Kalau memang terkilir, sebaiknya kamu duduk disini aja dan berhenti bermain.” saranmu.“Gabisa gitu dong!” ujar Justin. “Bagaimana dengan taruhan kita?”“Taruhan?” katamu bingung. “Taruhan apa?”Justin menatap Chris. Kamu menatap Chris tajam. “Memangnya Chris tak menjelaskan apapun tentang taruhan kepadamu?” tanya Justin padamu.“Engga,” katamu. “Dia ga cerita apa-apa.”Justin tersenyum sinis, “Hey bro, seharusnya kamu certain tentang taruhan kita ke pacarmu dong, aku aja cerita ko sama Caitlin.”
Kamu menatap Justin, “Apa maksudmu?”
“Yaa.., aku Cuma mau bilang ke Chris, dia harus selalu memberi tahu apapun yang dia lakukan terhadap seseorang sama pacarnya, sama kaya aku. Aku juga cerita ke Caitlin.”
Kamu udh bersiap marah, tapi Chris mencegahnya, “Udahlah, gausah di perpanjang. Aku emang belum cerita soal taruhan basket ini ke *namamu.”
“Memangnya kalian berdua taruhan basket?” tanyamu kaget.Chris mengangguk, “Iyaa, aku kesal karna aku selalu kalah sama Justin. Akhirnya, kemarin sore aku memutuskan taruhan sama dia, ternyata...,” Chris tak melanjutkan perkataannya.
“Ternyata apa?” tanyamu.
“Ternyata aku tetap lebih baik permainan basketnya dibanding Chris,” sela Justin. Kamu menatap Justin dengan pandangan heran, “Aku yakin Chris bisa lebih baik, hanya karna kakinya terkilir dia jadi tak bisa main lebih baik.”“Tidak juga,” potong Justin. “Memang akulah yang terbaik. Ryan dan Chaz juga mengakui kalo permainan basketku lumayan, ko.” katanya sambil membusungkan dada.Kamu menatap Justin sebal, “Jangan sombong kamu!“Sudahlah *namamu,” ujar Chris. “Memang aku lebih payah permainannya daripada dia.”
“Tuh kan,” ujar Justin. “Chris saja mengakui kog, kalo permainanku lebih hebat daripada dia. Kog kamu jadi sewot sih?” tanya Justin heran.
“Oke,” ujarmu. “Aku akan nyoba taruhan basket sama kamu!”
“*namamu!” teriak Chris kaget. “Jangan macam-macam, Justin itu jago main basketnya!”
“Trus kalo dia jago, kenapa?” tanyamu. “Aku sebal dan ingin ngalahin dia, abisnya sombong banget sih dia!"
“Oke,” kata Justin. “Aku terima tantanganmu. Kalau ada salah satu dari kita kalah, sebagai hadiahnya mau apa?”
“Uang aja!” usul Jazzy. “Yang kalah harus bayar $100 ke yang menang!”“Jangan uang!” usul Justin.
“Itu biasa. Harus sesuatu yang aneh.”
“Terserah kamu deh, maunya apa.” katamu jutek. Justin mengerutkan keningnya, berpikir. “Hmm..., karena aku masih mendapat izin cuti dari Scooter, artinya aku masih punya waktu 1 minggu lagi untuk tinggal di rumah. Bagaimana kalo yg kalah harus jadi pelayan yang menang selama 3 hari. Deal?” tawar Justin. Kamu diam, berpikir.
“Apa-apaan sih kamu Justin, dia itu cewek jangan kayak gitu dong!” omel Chris.“So? Do you agree?” tanya Justin. “Why? Do you afraid?”
“You wrong!” teriakmu. “I agree!”
Chris membelalakkan matanya, “Kamu jangan sok tau!”
“Gapapa kog,” katamu tenang. “Orang kaya dia harus dikasih pelajaran!”
Justin tersenyum, “Ternyata nyalimu gede juga,” Justin mengulurkan lengannya yang putih, “Kita harus berjabat tangan, sebagai tanda bahwa hukuman taruhan udh kita sepakati. Deal?”
Kamu menjabat tangannya, “Deal!”
Jazzy senang, Chris tegang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar