Keesokan harinya, kamu dan Dewi dari Bali pulang ke kota asalmu. Sbelum pulang, kmu dikasih BB lagi yg baru sma Justin. Nah, pas kamu lagi naik pesawat, ada bbm bru dri Justin. Ktanya Justin lusa bakalan balik ke USA dan kamu di ajak Justin ikut ke Amrik. Kamu minta izin lah sma ortu-mu.
“Kamu ngapain ke Amerika lagi? Kamu harus sekolah!” larang Ibumu.
“Tapi Ma..., aku juga ke Amerika sekolah kok. Aku mau study banding ke sana.” katamu bohong.
“Kamu pasti pergi sama cwo bule itu kan?” tebak Ibumu.
“Cowo bule?” Katamu kaget. Ibumu tau dari mana? “Cwo bule yg mana?”
“Udahlah gausah ngebohong!” teriak Ibumu. “Ibu gasuka kamu pacaran sama orang bule. Kamu masih harus sekolah, Nak. Udah, kamu Ibu hukum gaboleh kemana-mana.”
“Lho Bu? Ko Ibu jahat sih.” protesmu.
“Kamu lebih baik pacaran sana sama Dennis, dia anaknya baik dan pintar.” bujuk Ibumu. anggap aja Dennis adalah anak temannya Ibumu. Seorang anak lelaki seumuran Justin yg berkulit putih, berambut keriting, dan pintar. Bahkan saking pintarnya Dennis, dia mendapat beasiswa ke California. Mangkanya Ibumu nafsu banget ngejodohin kamu sama dia. Kata Dewi, Dennis itu tipe cowo Indonesia yg perfect. Emang udh lama, Ibumu dan Ibunya Dennis berusaha menjodohkanmu.
“Aku gamau Buuuu...!!!!” teriakmu. “Aku gasuka sama Denniiissss....!!!!!” teriakmu lagi.
“CUKUP!!!” Teriak Ibumu. “Masuk ke kamar dan jangan pernah bermimpi kamu bisa pergi ke Amerika bersama cwo bule itu. Nanti malam Dennis kesini, kamu harus temui dia.” perintah Ibumu. Ibu menutup pintu dan menguncimu.
Kamu lalu nelpon Dewi dan curhat smuanya. “Lagian, kamu enak banget nih. 2 cwo ganteng nempel sama kamu, Justin sama Dennis. Bagi satu napaa...,” ujar Dewi iri di telpon.
“Ambil aja sana si Dennis. Ihhh..., aku gassssuuukkkaaaa...!!!!” teriakmu.
“Udah sabar. Ntar malem Dennis mau ke rumahmu kan? Aku bakal bantuin.” janji Dewi.
Kamu menutup relpon. Untung kamu punya sahabat sebaik Dewi. Kamu menangis.
***
Karena kamu kelelahan menangis, kmu tertidur di tempat tidurmu. BB-mu bergetar. kamu yg masih ngantuk melihat ada satu bbm masuk. Kamu membacanya.
“Sayang, kamu jadi kan ikut aku? Bales yah bbm-ku soalnya kalo jadi, aku bakalan menyuruh Scoot untuk mengurus tiket, paspor, dan visa-mu.”
Kamu membalas, “Aku gabisa.”
Pintu kamarmu dibuka. Ibu! “Ayo mandi dan dandan yg cantik. Dennis sebentar lagi datang.” kata Ibumu.
Kamu diawasi Ibu. Pokonya Ibu menjagamu dengan ketat. Ayahmu juga ikut-ikutan jadi satpam. Kamu dipakein baju dress putih selutut dan di make-up sma Ibumu.
“Nah, udh cantik. Sana, temui Dennis.” suruh Ibumu.
Kamu nangis. Ibu kesal, “Hey jangan nangis! Entar make-up nya luntur!” larang Ibumu.
Di teras, ada seorang anak laki-laki tampan yg duduk di kursi. Kamu duduk. “Maaf lama nunggu,” katamu basa-basi.
Dennis menatapmu, “Iya gapapa.”
“Kamu ngapain sih kesini?” tanyamu jutek.
Dennis ngulurin kotak, “Ini dari Mamaku, katanya untuk Ibumu dan kamu. Isinya kue, dimakan ya.”
Kamu ngangguk. ““Engg.., aku dengar kamu mau pergi ya?” tanya Dennis bingung.
“Iya, aku harusnya pergi sama pacarku!” katamu sinis.
“Memangnya pergi ke mana?” tanya Dennis. “Ke Amerika ya kata Ibumu? Kalo ke Amerika, nanti aja minggu depan juga aku ke sana untuk belajar. Kamu kan bisa ikut aku.” kata Dennis.
Kamu kesel. Kamu kan mau ke Amerikanya sama Justin, bukan sama Dennniisss!!!!
“Hai...,” tiba2 Dewi datang.
Dennis kaget, “Siapa ya?”
Kamu juga kaget. “Den, ini sahabatku Dewi. Dewi, ini temanku Dennis.” katamu memperkenalkan keduanya.
Dewi dan Dennis berjabat tangan, “Wah, kalian malam mingguan yah berdua disini. Mesra banget.” puji Dewi.
Kamu memelototkan matamu sma Dewi. Dennis seneng, “Wi, bisa ga fotoin aku sama *namamu?” pinta Dennis.
“Oh boleh, boleh.” kata Dewi.
“Tapi hp-ku baterenya lowbatt,” keluh Dennis.
“Yaudah, foto pake BB-nya *namamu aja.” usul Dewi.
Kamu menolak, tpi Dennis maksa. Yaudah kamu terpaksa difoto sma Dennis di BB-mu. “Eh *namamu, aku kesini mau pinjam buku novelmu, yg ditaruh di lemari deket jendela itu loh.” ujar Dewi.
Kamu males, “Ambil aja sendiri Wi, aku malas ke kamar.” katamu.
“Gamau ah, aku maunya diambilin sama kamu!” pinta Dewi maksa.
Kamu kesel juga sma Dewi. Tapi Dewi mengedipkan sebelah matanya. Kamu berusaha ga curiga. Kamu akhirnya ke dalam kamarmu, maksutnya mau ngambilin buku novel yg mau dipinjam Dewi.
“Ko kamu ninggalin Dennis?” tanya Ibumu.
“Ada Dewi Bu, dia minta minjem buku novel. Aku mau ambil bukunya, tenang aja aku gabakal ninggalin Dennis ko.” katamu kesal.
“Yaudah jangan lama2, kasian Dennis-nya,” kata Ibumu nyebelin.
Kamu masuk ke kamarmu dan menutup pintu. Pas kamu mau ngambil novel di lemari sebelah jendela...
“Honneeyyy...,” terdengar suara yg kamu kenal dari balik jendela.
Kamu membuka gorden kamarmu. OMG!!! JUSTIN!!!
Kamu ngebuka jendela. “Justin!!! Ngapain disinii??!!!” tanyamu kaget.
“Aku akan membawamu pergi dari sini. Ayo cepat keluuaarr!!!!” ajaknya. “I don’t have many time!!!” katanya.
Kamu nurut. Kamu naik ke jendela dan Justin membantumu. Kamu dan Justin cepet-cepet lari. Pas kamu lari, kamu yg pake high heels jatuh, kakimu terkilir.
“Kenapa sayang?” tanya Justin.
“Kakiku sakit...,” katamu. “Aku gabisa lari...,”
“Mobilku masih ada di ujung jalan sana,” kata Justin. “Ayo naik ke punggungku, kita harus cepat nanti kedua orangtuamu tau!!!”
Kamu naik ke punggungnya. Justin dengan cepat menggendongmu dan berlarian menuju ke mobil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar